Di Rumah
1. Di Hadapan Rumah Tangga
‘Ali ibn Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “suatu ketika Fatimah puteri Rasulullah berada di dekatku. Dia memutar penggilingan hingga lecet tangannya. Dia memikul qirbah air hingga lecet pundaknya. Dan dia, menyapu rumah hingga berdebu pakainnya.”(HR Al Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan At Tirmidzi)
2. Jangan Lupa Mandi
Dari ‘Aisyah, ia berkata, “Aku mandi bersama Rasulullah dari satu bejana. Rosulullah mendahuluiku sampai aku berkata, “Tinggalkan untukku, tinggalkan untukku!”. Perawi, “Waktu itu keduanya berjanabat.” (HR Muslim)
3. Makan, Kesetaraan, Kemesraan
Dari ‘Aisyah, ia Radhiyallahu ‘Anha berkata, “Ketika itu aku sedang haidh. Aku minum lalu mugnya aku berikan kepada Rasulullah. Beliau pun minum pada bagian mug di mana tadinya aku meletakkan bibir. Demikian juga, saat itu aku sedang haidh. Aku menggigit sepotong daging, lalu sisa gigitan itu aku berikan pada beliau. Beliau tak segan menggigitnya pada bagian yang tadinya aku gigit.”(HR An Nasa’i)
4. Belajar, Jadikan Rumah Sebagai Akademi
Dari ‘Aisyah, ia berkata, Rasulullah sering mengatakan padaku : “Apa yan engkau lakukan dengan bait-baitmu?”. Aku bertanya,”Bait yang mana yang engkau maksud, karena baitnya banyak?”. Kata beliau : “Tentang bersyukur..” Kukatakan : “Baiklah..., demi bapak dan ibuku. Penyair berkata :
Angkatlah orang lemah, karena kelemahannya tak menularimu
Suatu ketika buahnya kan merayap menggapainya
Membalasmu atau memberikan pujian
Dan orang yang memujimu
Karena perbuatan baik yang kau lakukan
Layaknya orang yang membalas
Sesungguhnya dermawan mulia, jika kau bergantung padanya
Tidaklah talinya yang kuat rapuh kau buat
… (HR Al Baihaqi)
5. Bercanda, Tertawa, Menggoda
Masih ingat kisah ‘Aisyah dan Hafshah yang mengerjai Saudah? Ya, sewaktu mereka mereka menakut-nakutinya dengan berita keluarnya Dajjal sampai Saudah yang sudah berdandan cantik kembali penuh debu dan sarang laba-laba. Kali ini kita akan mangambil penggalan kisahnya saja.
“…Tak lama kemudian Rasulullah datang sedangkan ‘Aisyah dan Hafshah masih tertawa melihat reaksi Saudah yang ketakutan. Karena tertawa begitu terpingkal-pingkal sampai-sampai keduanya tak bisa berkata-kata. Maka Rasulullah Shallallahu’Alaihi wa Sallam bersabda,”Apa yang membuat kalian berdua tertawa..”(HR Ath Thabrani dan Abu Ya’la)
6. Di Hadapan Rombongan Tamu
Sahl Ibn Sa’ad As Sa’aidi berkata, “Ketika Abu Usaid As Sa’idi menikah, dia mengundang Rasulullah beserta para sahabatnya. Dia tidak memiliki pembantu. Tidak ada yang membuat makanan dan menghidangkannya kepada para tamu selain isterinya, Ummu Usaid. Pada malam hari sebelumnya, ia telah merendam beberapa buah kurma dalam sebuah bejana yang terbuat dari batu. Setelah Rasulullah selesau makan, Ummu Usaid mengaduk kurma tersebut hingga hancur lalu menghidangkannya ke wadah Rasulullah (sebagai dessert) untuk menghormati beliau.” (HR Al Bukhari dan Muslim)
Dalam Syi’ar-syi’ar Ibadah
1. Di Masjid
Tentang kisah pernikahan dan perceraiaannya Atikah binti Zaid dengan Abdurrahman ibn Abu Bakar. Ingat dengan syair yang menyejarah itu? Tak lama setelah ruju’, Abdurrahman ibn Abu Bakar dalam sebuah pertempuran. Hingga, setelah ‘iddah-nya selesai, Ummar meminangnya . dan Atikah mendampingi Amirul Mukminin Umar hingga syahidnya beliau di mihrab akibat tikaman Abu Lu’lu’ah. Dan saat Umar ditikam, Atikah juga sedang menghadiri shalat jama’ah di Masjid.
“Atikah binti Zaid adalah isteri dari Umar ibn Al Khatab. Ia senantiasa mengikuti shalat berjama’ah Shubuh dan Isya di masjid. Maka, ada yang bertanya padanya, ‘mengapa engkau keluar? Bukankah engkau tahu bahwa Umar tidak menyukai hal ini dan Ia juga pastia kan cemburu?
Atikah menjawab, ‘Apa yang menjadi hujjahnya untuk melarangku? Padahal Rasulullah Sallallahu Alaihi wa sallam telah bersabda, “janganlah kalian melarang hamba-hamba Allah yang perempuan untuk pergi ke masjid-masjidNya!” (HR Al Bukhari)
2. Di Mushala ( Tanah Lapang)
“Rasulullah memerintahkan kami keluar untuk shalat ‘Idul Fitri dan Idul Adha’ , bahkan yang masih gadis yang mengijak dewasa, wanita yang sedang haidh maupun wanita-wanita yang sedang dipingit. Adapun wanita yang sedang haidh, mereka tidak ikut mengerjakan shalat, tapi tetap ,mendapatkan kebaikan dan dakwah kaum muslimin. Aku berkata “ Ya Rasulullah, salah satu di antara kami ada yang tidak mempunyai jilbab?”. Beliau bersabda, “Hendaklah saudarinya meminjaminya!” (HR Al Bukhari dan Muslim, dari Ummu Athiyah)
3. I’tikaf
Dari Aisyah Radhiyallahu Anha, sesungguhnya Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam melakukan I’tikaf pada sepuluh hari terakhir di bulaln Ramadhan. Kemudian setelah itu, isteri-isteri beliau juga beri’tikaf. (HR Al Bukhari)
4. Shalat Gerhana
Dari Asma’ binti Abu Bakr, berkatalah ia, “Aku datang kepada Aisyah, isteri Rasulullah Shalallau Alaihi wa Sallam ketika terjadi gerhana matahari. Saat itu orang-orang sedang menjalankan shalat termasuk Aisyah. Aku bertanya, ‘mengapa orang-orang itu shalat?’ ‘Aisyah menunjuk ke a rah langit dengan tangannya seraya bertasbih. Aku bertanya lagi, ‘Ayat (maksudnya ‘gerhana?’, karena gerhana dalam riwayat lain disebut ‘ayat’)’. Aisyah mengiyakan dengan isyarat. Maka, akupun ikut shalat hingga rasanya hamper pingsan karena saking lamanya berdiri…” (HR Al Bukhari dan Muslim)
5. Shalat Jenazah
Dari Aisyah Radhiyallahu Anha, berkatalah ia, “Ketika Sa’ad Ibnu Abu Waqqash meninggal, maka isteri-isteri Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan agar jenazahnya dibawa ke masjid supaya mereka bisa menshalatinya. Orang-orang mentaati perintah tersebut, lalu jenazah beliau Radhiyallahu Anha dibawa ke depan kamar-kamar para Ummahatul Mukminin dan mereka menshalatkannya.” (HR Muslim)
Dalam Haji
Dari Aisyah Radhiyallahu Anha, ia berkata, “Ya Rasulullah, aku tahu bahwa jihad adalah ‘amal paling utama. Maka pakah kami dapat berjihad?”. Beliau Shalallahu Alaihi wa Sallam menjawab, “Bagi kalian jihad yang paling utama adalah Haji mabrur!”. Aisyah berkata,” Sya tidak pernah meninggalkan haji sejak Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam mengatakn hal tersebut.” (HR Al Bukhari dan Muslim)
1. Di perjalanan
“Biasanya para pengendara melewati kami yang sedang berihram bersama Rasulullah. Maka, jika mereka lewatdi hadapan kami, masing-masing dari kami menjulurkan jilbab yang ada di atas kepala untuk menutupi muka. Namun bila mereka sudah berlalu dari kami, maka kami pun membukanya kembali seperti semula.” (HR Ahmad, Abu Dawud, dan Al Baihaqi. Sanadnya Hasan, Al Albani emuatnya dalam Al Irwa’ no 1023)
2. Saat Thawaf
Dari Ummu Salamah Radhiyallahu Anha, berkatalah ia, “Aku mengadu kepada Rasulullah tentang sakit yang kuderita. Maka beliau bersabda ‘Berthawaflah di belakang orang-orang yang sedang shalat di sekeliling Ka’bah sambil naik tand.’ Maka saya thawaf sedanglan Rasulullah shalat di dekat Ka’bah dengan membaca surat At Thur.” (HR Al Bukhari dan Muslim)
3. Di Lokasi Penyembelihan
Dar Atha’ Ibn Abi Rabah, beliau berkata, “Aku pernah melihat Aisyah sedang memilin kalung pengikat kambing yang akan disembelih sebagai hadyu-nya.” (HR Abdurrazaq, Al Albani menshahihkannya)
4. Berhaji Saat Hamil Tua
Aisyah Radhiyallahu Anha berkata, “Adalah Asma’ binti Umais melahirkan Abdullah ibn Abu Bakar di Syajarah. Maka Rasulullah memerintahkan Abu Bakar, suaminya, untk menyuruhnya mandi lalu melanjutkna ibadah hajinya.” (HR Muslim)
Di Tengah Masyarakat
1. Sebagai Tokoh : Pusar Kunjungan
Dari Fathimah binti Qais, ia Radhiyallahu Anha berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Pindahlah ke rumah Ummu Syuraik adalah seorang perempuan kaya kaum Anshar. Dia membelanjakan banyak sekali hartnya untuk kepentingan agama Allah dan rumahnya sering di singgah tamu. ‘Akan kulakukan!’, jawabku pada Rasulullah. Tetapi tiba-tiba beliau bersabda, ‘Jangan lakukan itu! Sebab Ummu Syuraik adalah perempuan yang banyak dikunjungi tamu…” (HR Muslim)
2. Meminjamkan Gaun
Dari Abdul Wahid Ibnu Aiman, dari ayahnya, beliau bercerita, “Aku menjumpai Aisya yang saat itu mengenakan gaun dari katunseharga lima dirham. Ia berkata, ‘Lihatlah jariyahku ini! Pandangilah ia! Sungguh ia berharga dengan mengenakan gaun itu di rumah. Padahal aku telah mendapatkan sejumlah gaun yang semisalnya di masa Rasulullah, hingga taj seorangpun wanita Madinah yang berhias untuk pernikahan kecuali pasti akan meminjam gaun dariku.” (HR Al Bukhari)
3. Di Walimatul ‘Ursy
Dari Annas Radhiyallahu Anhu, berkatalah ia, “Rasulullah mengetahui bahwa para wanita dan anak-anak menghadiri suatu acara ‘ursy pernikahan. Maka beliau berdiri tegak, lalu bersabda, ‘Allahumma! Kalian semua adalah orang-orang yang paling aku cintai!’. Adalah beliau mengulanginya sampai tiga kali.” (HR Al Bukharidan Muslim)
4. Di Acara Penyambutan
Dari abu Bakr Ash Shiddiq Radhiyallahu Anhu, berkatalah ia, “…Maka tibalah kami di Madinah pada malam hari di hari hujrah. Laki-laki dan para wanita naik ke atas rumah, sementara anak-anak dan para sahaya bertebaran di jalan-jalan sambil memanggil-manggil, ‘Ya Muhammad! Ya Rasulullah!, Ya Muhammad! Ya Rasulullah!” (HR Muslim)
5. Menyaksikan Hiburan Massal
Dari Aisyah, ia Radhiyallahu Anha berkata, “Pada hari raya orang-orang Habasyah bermain sangkur dan perisai dari kulit. Terkadang akulah yang bertanya kepada Nabi, dan kadang-kadang beliaulah yang bertanya padaku, “Apakah engkau suka melihatnya?”
Aku menjawab, “Ya!”
Beliau lalu menempatkan aku di belakang tubuh beliau dan pipiku menempeln pada pipi beliau. Beliau bersabda, “Karena kalianlah aku menonton wahai Bani Arfidah..!”. Hingga apabila aku merasa bosan, beliau bertanya, “Cukup?”. Aku menjawab, “Ya..”. Kemudian beliau bersabda, “Pergilah!” (HR Al Bukhari dan Muslim)
6. Menghadiri Undangan Perjamuan
“Sesungguhnya Rasulullah Shalallau Alaihi wa Sallam mempunyai tetangga seorang Persia yang pendai membuat lauk pauk. Ia membuat masakan untuk Rasulullah, kemudian datang mengundang beliau untuk makan. Beliau bertanya, “Apakah Aisyah juga diundang?”. Ia menjawab, “Tidak..” Maka beliau menjawab, “Aku tidak akan datang!”
Orang Persia itu datang mengundang untuk yang kedua kalinya. Beliau bertanya, “Apakah Aisyah juga diundang?” Ia menjawab, “Tidak!” Maka beliaupun bersabda, “Aku tidak akan datang!”
Orang Persia itupun kembali mengundang. Beliau bertanya, “Apakah Aisya juga diundang?” Pada undangan yang ketiga ini ia menjawab “Ya!”. Maka beliau dan Aisyah berdiri dan berjalan seiring hingga sampai kerumah si pengundang. (HR Muslim)
7. Taubat Terbuka Di Hadapan Umun
Dari Imran Bin Hushain, bahwa seorang wanita dari suku Juhainah datang kepada Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam, dalam keadaan hamil hasil dari zina. Ia berkata, “Ya Nabiyallah, aku telah melampaui batas, maka tegakkanlah had atasku!”
Maka Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam mengundang walinya. Kepadanya beliau bersabda, “Uruslah dengan baik. Jika ia telah melahirkan bawalah ia kemari.” Walinya itu kemudian mengerjakan apa yang beliau perintahkan.
Ketika wanita itu didatangkan, Rasulullah memerintahkan agar pakaiannya dikuatkan, lalu iapun dirajam. Setelah itu, beliau Shalallahu Alaihi wa Sallam menshalatinya. Ketika melihat itu, Umar berkata, “Mengapa engkau menshalatinya sementara ia telah berzina, Ya Rasulullah?”.
Maka Rasulullah menjawab, “Ia telah bertaubat, yang seandainya taubatnya itu dibagi-bagi untuk tujuh puluh orang Ahli Madinah niscaya akan mencukupkannya. Dan apakah engkau dapat menunjukkan suatu bentuk taubat yang lebih utama daripada wanita yang menyerahkan jiwanya karena Allah semata?” (HR muslim)
8. Meringankan Pekerjaan Suami
Asma’ binti Abu Bakar, perempuan mulia bersabuk dua yang kita kenal itu bercerita: “Az Zubair menikahiku… Di bumi ini ia tak memiliki harta atau sahaya, atau apapun kecuali unta dan kudanya. Akulah yang member makan kudanya, menimba air, menjahit timba airnya, serta membuat adonan…”
“Aku juga biasanya mengangkat biji kurma dari tanah Az Zubair yang diserahkan Rasulullah kepadanya di atas kepalaku. Tanah itu jauhnya kira-kira duapertiga farsakh (2 mil). Hingga ayahku, Abu Bakar, mengirimkan seorang pelayan untuk menggantikanku mengurusi kuda. Maka seolah-olah dia memerdekakanku.” (HR Al Bukhari dan Muslim)
9. Terkadang, Sebagai Penanggung Nafkah keluarga Sementara
Zainab, isteri Abdullah ibn Mas’ud bertanya kepada Rasulullah Alaihi wa Sallam, “Ya Rasulullah, aku adalah seorang perempuan yang memiliki keterampilan. Hasil keterampilanku aku jual karena aku, suami, dan anak-anakku tidak memiliki apa-apa. Hal itu aku lakukan untuk menafkahi mereka.” Rasulallah bersabda, “Engkau mendapatkan pahala atas apa yang kau nafkahkan untuk mereka.” (HR Ibnu Sa’ad, dalam Ath Thabaqat)
10. Sebagai Dokter
Sesuai namanya, Asy Syifa’ yang berarti kesembuhan, puteri Abdullah dari kabilah Adi ibn Ka’bah ini berprofesi sebagai dokter. Imam Al Hakim meriwayatkan bahwa seorang lelaki Anshar mengalami luka lambung. Orang-orang menyuruhnya pergi menemui Asy Syifa’ binti Abdullah Al ‘Adawiyah yang dapat mengobati penyakit lambung.
Maka diapun pergi kepada Asy Syifa’ dan memintanya untuk mengobati penyakitnya. Tetapi Asy Syifa’ berkata, “Demi Allah, aku belum pernah mengobati penyakit seperti ini semenjak masuk islam.”
Laki-laki Anshar itu kemudian menemui Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam dan mengadukan apa yang dikatakan Asy Syifa’ kepadanya. Mendengar keluhan shahabatnya, Rasulullah memanggil Asy Syifa’ dan bersabda, “Coba peragakan kepadaku bagaimana engkau mengobati..”. Lalu, Asy Syifa’pun melaksanakan perintah tersebut.
“Nah sekarang tolong obati laki-laki ini. Setelah itu ajari caranya pada Hafshah sebagaimana halnya engkau pernah mengajarinya cara-cara menulis.” (HR Al Hakim)
11. Sebagai Nurse
Ummu ‘Ala’ berkata, “…Lalu Ustman ibn Mazh’un sakit di rumah kami, dan saya merawatnya hingga ia meninggal dunia.” (HR Al Bukhari)
12. Sebagai Pengembala
Muawiyah ibn Hakam As Sulaimi berkata, “Aku memiliki seorang hamba sahaya perempuan yang kutugaskan mengembala dombaku di sekitar Gunung Uhud dan wilayah Jawwaniyah.” (HR Muslim)
13. Sebagai Petani Sukses
Jabir meriwayatkan bahwa Rasulullah bertemu dengan Ummu Mubasyir Al Anshariyyah di kebun kurma miliknya. Beliau Shalallahu Alaihi wa Sallam bertanya, “Siapa yang menanam kurma ini? Muslim atau kafir?” Ummu mubasyir menjawab “Muslim.”
Beliau lalu bersabda, “Tidaklah seorang muslim menanam tanaman kecuali bahwa yang dimakan darinya bernilai shadaqah. Yang dimakan burung benilai shadaqah. Dan yang diambil seseorang juga bernilai shadaqah bagi si penanam.” (HR Muslim)
Abu Humaid As Sa’idi berkisah, “Kami bersama Rasulullah berangkat ke Tabuk. Sesampainya di Wadil Qura, tepatnya di kebun milik seorang perempuan, Rasulullah bersabda kepada para shahabat, “Coba kalian taksir berapa hasil kebun kurma ini!” Beliau sendiri memeperkirakan kira-kira sepuluh wasaq. Kepada perempuan pemilik kebun itu beliau bersabda, “Hitunglah berapa yang harus dikeluarkan zakanya dari kebunmu itu!..” (HR Al Bukhari dan Muslim)
14. Sebagai Wirausahawati Kerajinan
Jabir Radhiyallahu Anhu berkata, bahwa Rasulullah mendatangi Zainab yang ketika itu sedang menyamak kulit. (HR Muslim)
Al Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari berkata, “Al Hakim meriwayatkan dalam Al Mustadrak bahwa Zainab Binti Jahsyi adalah seorang perempuan perajin. Dia ahli menyamak dan menjahit kulit dan dengan hasil usahanya ia bersedekah.”
15. Sebagai pedagang Eceran
Abu Ubaidah ibn Muhammad ibn Ammar ibn Yasir meriwayatkan dari Ar Rubayyi’ binti Mu’awwidz ibn Afra’:
“Di masa khalifah Umar ibn Al Khatab, aku bersama sejumlah perempuan Anshar berkunjung ketempat asma’ binti Makhrabah, ibu dari Abu Jahl. Anaknya yang bernama Abdullah ibn Abu Rabi’ah sering mengiriminya minyak wangi dari Yaman yang kemudian dijualnya secara kredit. Aku termasuk di antara pembelinya. Setelah minyak wangi itu ditaruh dalam botolku, lalu dia menimbangnya sebagaimana ia lakukan untuk teman-teman yang lain.
Ia lalu berkata, “tulislah perjanjian bahwa kalian berhutang padaku.” Kujawab, “Ya!”. Lalu kutulis perjanjian atas namaku,”
16. Sebagai Niagawati Internasional
“Khatidjah binti Khuwalid adalah seorang perempuan pedagang yang mulia dan kaya raya. Dalam mengelola perdagangannya, dia mempekerjakan kaum lelaki untuk menjualkan barang-barang dagangannya dengan memberikan kepada mereka sebagian dari keuntunganyang diperoleh.” (HR Ibnu Ishaq)
17. Sebaga Pejabat Negara
Adalah Umar ibn Al Khatab mengangkat Asy Syifa’ binti Abdullah Al Adawiyah sebagai kepala jawatan pengawas pasar di masa khalifahnya.
Di Mjelis Umum
1. Sebagai Murid
“Wahai Rasulullah, kami dikalahkan oleh kaum lelaki untuk bertemu denganmu, karena itu sediakanlah bagi kami hari tertentu untuk bertemu denganmu..!” lalu Rasulullah menyediakan bagi mereka suatu hari tertentu, khusus guna bertemu dengan mereka, mengajar mereka, dan menyampaikan perintah-perintah kebaikan kepada mereka. (HR Al Bukhari)
2. Sebagai Guru
Adalh sudah mahfum, bahwa Aisyah dan isteri Rasulullah yang lain memiliki majelis ilmu di rumah mereka di mana mereka mengajarkan berbagai hal dan meriwayatkan banyak hadist dari balik kain tabit (hijab). Tetapi bagi yang selain mereka di mana pendapat yang lebih kuat menyatakan tabir tidaklah wajib bagi selain Ummahatul Mukminin, kita dapat contoh berikut ini: sebuah pelajaran praktikum.
Dari Abdullah ibn Muhammad ibn aqil, dia berkata, “Ali ibn Al Husain pernah mengutusku kepada Ar Rubayyi’ binti Mu’awwidz untuk menanyakan tentang cara wudhu Rasulullah karena di sampingnya. Ar Rubayyi’ mengeluarkan sebuah bejana berukuran satu mud, lalu berkata, “seukuran berwudhu” (HR Ath Thabrani dalam Mu’jamul kabir sanadnya hasan menurut Ibnu Qahthan dan Al Albani menyepakatinya)
Masih banyk lagi kiprah wanita dalam kehidupan. Semoga kiata senantiasa menjadi wanita yang diridhoi-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar